Tapi keseokan harinya, saat kami pulang
melewati rumah gadis kecil itu dia sudah tidak ada disana. Tepat saat kami
mulai bertanya tanya dalam hati, seseoranng wanita keluar dari rumah itu,
seseorang wanita paruh baya yang kami lihat saat itu. Aku berlari kearahnya,
dan bertanya
“dimana gadis kecil bertopi kuning itu?”
tanyaku pelan kearahnya
Dia terdiam, dan berkata “ohh, nona
kecil sudah pindah tadi pagi”
Aku terdiam sejenak, dan bertanya
kembali “pindah kemana?”
“kalo tidak salah, nona kecil dan
keluarganya pindah ke salah satu kota di pulau jawa, tapi mbak tidak tau yang
mana”
Aku kembali terdiam untuk beberapa saat.
“ayo, kita pulang” temanku berkata untuk mengajak ku pergi. “baiklah” dengan
suara pelan aku menjawab.
Dan seiring waktu yang berjalan cepat,
kisah itu akhirnya terlupakan dari pikiranku. Dan aku tidak tau sejak kapan aku
mulai melupakannya. Pikiranku kembali dari masa lalu, tanpa sadar mataku
melirik ke arah wanita itu, melihat tepat kedua mata hitamnya.
Jujur saja aku masih ragu apakah wanita
didepanku ini, adalah gadis yang sama 7 tahun yang lalu. Tapi, jika dia tau
tentang kisah ini. dia pasti orang yang sama. Karena hanya kami bertiga yang
tau tentang kisah ini, aku, teman yang duduk disebelah kanan ku ini, dan gadis
kecil bertopi kuning itu.
“kenapa kalian diam?” dia bertanya
kepada kami, sambil menatap kami dengan mata hitamnya
“kau terlihat sangat berbeda” temanku
berkata dengan tatapan curiga “apa kamu gadis cengeng itu?”
Dia menjawab dengan lantang “yah, dan aku
masih ingat jelas denganmu!” dia berdiri untuk mengambil batu kecil di
didepannya dan berkata “kamu, dan batu kecil saat itu!” sambil menunjukan raut
wajah kesal di wajahnya.
Mendengar itu temanku hanya tersenyum
seperti beruang lapar dan berkata pelan “hehe, maaf maaf, aku tidak sengaja
saat itu”
“bagaimana kamu bisa mengenali kami
berdua?” aku bertanya kearahnya “bukankah kita sudah lama tidak bertemu?”
“aku masih ingat matamu, mata hitammu
saat kau berjanji padaku waktu itu” dia menatap padaku “dan tentunya wajah
beruangnya“ sambil menunjuk ke arah temanku, tentunya dengan tampang kesal
Dengan semua kata kata itu, sudah cukup
membuatku percaya. Aku kembali memalingkan mataku darinya, menatap kearah
lapangan. Tanpa sadar mataku tertuju kepada wanita cantik di ujung lapangan
dengan rambut panjang hitam yang mempesona mata. Sejenak aku terdiam
melihatnya.
“kamu suka dengan wanita itu?” perempuan
yang duduk di kiriku bertanya dengan nada curiga
“yap, dia memang suka wanita cantik itu,
atau bisa dikatakan dia sedang terpesona olehnya” kali ini temanku yang duduk
disamping kanan, mulai menimpali kata kata perempuan dikiriku, sambil menunju
wanita yang kulihat di ujung lapangan.
Aku menutup mata, dan berkata “aku akui,
aku suka dengan senyumnya, entah kenapa senyumnya membuatku tenang”
“cie cie” mereka berdua berkata tepat
didepan mataku, tepat saat aku membuka mata.
“itu tandanya kau telah jatuh cinta
kepadanya, saat aku bertemu dengan wanita yang kusuka. Aku juga mengalami hal
sama” temanku berbicara dengan tatapan berbinar binar ke arah kami berdua.
“aku kenal dengannya” perempuan di
kiriku berkata pelan sambil tersenyum kecil
Aku tersentak kaget, melihat reaksiku
yang aneh, perempuan itu memegang pundaku dan berkata “aku bisa mengenalkan mu
dengannya, anggap saja ini sebagai tanda terima kasihku kepadamu” lagi lagi dia
tersenyum kecil kearahku
Aku diam sejenak, “tidak perlu, aku rasa
ini sudah cukup” sambil melihat kerah wanita cantik di ujung lapangan itu.
“hmm, baiklah” dia kemudian membuka tas
merahnya, mengambil pena dan menyobek kecil
kertas paling belakang dari buku bersampul merah. Aku dan temanku hanya
diam sambil memperhatikannya menulis sesuatu di sobekan kertas itu.
Dia memberiku kertas kecil itu dan
berkata “jika kamu terlalu takut untuk bertemu dengannya, kamu bisa pakai cara
ini” dia berkata pelan, dan lagi lagi tersenyum kecil kepadaku.
“apa ini?” aku bertanya kepadanya, dan
kupikir temanku yang sedari duduk dikananku punya pertanyaan yang sama.
FOR THE FAIREST part9