ke esokan harinya kami berdua kembali
melewati rumah gadis kecil itu, sesampainya disana kami melihat gadis kecil
dengan topi kuning itu duduk disamping patung kucing, dia menggenggam sebuah
bunga di tangan kanannya, bunga berwarna kuning yang selaras dengan topi yang
dia pakai. Tak lama kemudian dia menyadari kami yang sedari tadi sudah berdiri
di depan pagar cokelat.
dia berdiri, berjalan kearah kami sambil
menahan topi kuningnya dengan tangan kiri. Dia telah berdiri didepan kami
berdua, tepatnya didepan pagar hitam rumahnya.
Sambil membuka topi kuning dikepala dia
berkata dengan cepat “jadi, apa kamu sudah menemukan 7 dragon ball itu?”
Temanku melirikku sambil berkata “tentu
saja, kami berdua sudah menemukan ke7 dragon ball itu” dan dia tersenyum kearah
gadis kecil itu
Matanya yang tajam seolah bertanya
kepada kami berdua “jadi dimana ke7 dragon ball itu?” tepat sebelum mulutnya
terbuka.
Aku memasukan tanganku ke dalam saku,
mengambil 7 kelereng warna warni yang kubeli dari abang-abang di depan sekolah.
“ini ke7 dragon ball itu!” aku melirik
temanku dan mengedipkan mata kanan
Sambil tertawa dengan rahang lebarnya
dia berkata “yap, inilah ke7 dragon ball itu!”
“benarkah?” dia menyipitkan kedua
matanya, mencoba melihat dengan jelas benda yang ada diatas tangan kananku.
“kalian tidak boong kan?” dia bertanya kepada kami dengan tampang ragu yang
terlihat jelas.
“tentu saja!” kami berdua dengan kompak
menjawab pertanyaan gadis kecil itu. Dan saling melirik mengedipkan mata.
dengan tatapan sinis tak percaya dia
berkata cepat “coba buktikan”
“baiklah, tapi ada satu syarat..” tanpa
menunggu aku menjelaskan dia berkata dengan cepat “apa syaratnya?”. Aku berkata
pelan “tutup matamu”, “iya, kau harus menutup matamu” teman ku berbicara
mencoba mempertegas makusduku.
“untuk apa aku harus menutup mata?,
memangnya..” sebelum dia sempat menyelesaikan kata katanya temanku berbicara
dengan cepat memotong, “hmm karena, dewa naga sangat pemalu dengan wanita”
Aku melirik temanku dengan tampang
heran, sambil berbisik pelan aku berkata “apa kau tidak punya alasan lain?”.
“aku rasa itu cukup bagus” sambil mengedipkan mata kirinya kepadaku.
“baiklah aku akan menutup mataku..”
gadis kecil itu berkata kepada kami.
Tepat setelah kedua matanya tertutup,
aku mengedipkan mata kearah temanku. Dan dia dengan cepat berlari kearah pohon
besar diujung jalan.
sementara temanku berlari kearah pohon
itu, aku mengucapkan mantra yang kubuat 3 detik yang lalu “dragon ball, dragon
ball, tolong panggil dewa naga kesini, aku..” tiba tiba ia memotong mantraku
“apakah dewa naga sudah disini?”
“belum, dan jika kamu terus berbicara.
Dia tidak akan mau kesini. Jadi diamlah sebentar” aku berbicara tegas
kepadanya.
Dia berkata pelan “baiklah” sambil tetap
menutup mata.
Aku mengulangi mantraku “dragon ball,
dragon ball, tolong panggil dewa naga kesini, aku ingin meminta sesuatu
kepadanya” lagi lagi dia memotong mantraku dengan cepat “yah, tolong hidupkan
kucingku lagi”
Tepat sebelum aku menyela perkataanya,
temanku sudah ada disampingku, dengan kode (mengedipkan mata) dia meberitahuku
bahwa persiapan sudah selesai.
“dragon ball, dragon ball, tolong
panggil dewa naga naga kesini, aku ingin meminta sesuatu kepadanya” dengan nada
tinggi aku berkata “tolong hidupkan kucing gadis ini!!”
Sempat terjadi keheningan beberapa saat
setelah aku membaca mantra, “apa aku boleh membuka mata?” gadis itu berkata
kepada kami.
“yapp kamu boleh membuka mata” temanku
berkata. Perlahan gadis kecil itu membuka mata, untuk beberapa saat dia
memfokuskan matanya kearah kardus yang diada ditangan temanku. Setelah cukup
lama dia melihat, bibirnya tersenyum kecil. Aku melihat matanya yang berbinar
binar penuh dengan kebahagian. Kami berdua saling melirik dan tersenyum.
“sepertinya rencana kami berhasil”
pikirku dalam hati, dan aku yakin dia temanku juga berpikir hal yang sama
denganku.
“tapi, ini bukan kucingku. Kucingku
punya mata hitam besar, dengan bulu putih seperti angsa. Dan, aku hanya punya
satu kucing” dia bertanya kepada kami.
Saat itu kami hanya “Hmm” mencari kata
yang pas untuk dikatakan
“ini anak dari kucingmu. Dia mengirim
ini dari tempat indah diatas langit, hanya untukmu, agar kau tidak menangis
lagi karena kehilangannya” Sebuah kalimat bodoh yang terucap dari mulutku. aku
sempat berpikir “apa dia akan percaya dengan kata kataku?”
Kami berdua melihat raut wajahnya,
selama beberapa saat dia hanya berdiri dengan raut wajah kebingungan. Tapi tak
lama kemudia dia mulai tersenyum dan berkata
“benarkah?” dengan raut yang sama dia
bertanya.
Kami hanya mengangguk pelan sambil
berkata “tentu saja”
“terimah kasih” dia tersenyum, ke arah kami berdua. sementara
temanku masih berbicara dengan sombong untuk membuat kebohongan kami menjadi
sedikit nyata, aku malah terdiam melihat simpul indah di bibirnya.
“hei, mari kita pulang!” temanku
berbicara keras sambil menyeret tasku
“iya” aku berbicara pelan. Sambil
mengarahkan mataku kepadanya
Kami berdua melangkah pergi,
meninggalkan gadis kecil bertopi kuning itu. Aku sempat melirik sedikit
kebelakang untuk melihat senyuman gadis kecil itu.